Puisi ini saya buat saat SMA dulu. Walaupun liriknya agak sederhana, tetapi karya ini saya buat dari jiwa yang terdalam. Jiwa yang tetap berkelana dalam mengukir sejarah kehidupan.
Cuma ini yang bisa saya terbitkan, soalnya lembaran yang lainnya hilang
Perasaan yang tak wajar
Dalam suasana yang samar
Tiba-tiba terdengar
Dibalik pintu kamar
Suara menggelegar
Membuat jantung berdebar
Tak terdengar
Aku mendengar dibalik pintu pagar
Aku bertanya pada hati dan nalar
Apakah ini hal yang wajar
Sejenak aku berfikir
Dibalik jeruji pagar
Bersama bunga-bunga yang mekar
Akupun berkelekar
Dengan hati yang sabar
Bersama perasaan yang tak wajar
Makassar 16 Agustus 2004
Enrekang
Kota Enrekang kota bersenyawa
yang bertahta dalam singgasana Talaga dan Batili.
Tempatku mengukir hidup dalam naungan Buttu Kabobong bermahkotakan
panorama indah Gunung Nona
Percikan air terjun Lewaja
melengkapi senyuman wajah Enrekang
yang bersenyawa, merangkai aliran air girang,
mengalir menghiasi tubuh Pantai Losara yang berkilauan
dalam kejernihan air surga
oh… Enrekang kota bersenyawa
engkau tempatkan alam hijau yang masyur dalam keasrianmu
sebagai kasih sebuah kota kecintaan dunia
Makassar 14 September 2004
Kisah sekuntum bunga
Sekuntum bunga yang mekar disepanjang jalan,
mewarnai indahnya hidup ini
dengan pesona melambai, menyambut kehadirannya.
Indah terbawa angin yang bertiup sayup
Paras yang manis
mempesona memikat hati.
Terus mekar menambah harum makna hidup yang penuh dengan perasaan hampa
Oh… bunga kedua
kasih pertama.
Teruslah mekar sampai hati ini menjadikanmu penghias hidup
Makassar 3 September 2004
Indonesia menangis Lagi
Untuk mengenang tragedi 26 Desember 2004. gempa dan gelombang tsunami.
Banda Aceh dan Sumatra Utara
Aku menatap banda dari balik kejauhan.
Ombak menggulung, melengkung
menghempas tubuh saudara kami.
Remuk… menghantam dinding Serambi Mekkah
Sayang….. Indonesia menangis, menjerit,
perih, pilu, tak terbahasakan.
Ribuan tubuh yang tak bernyawa,
terkapar di bumi pertiwi
berkalang darah dan lumpur.
Tak sedikitpun terselip canda tawa,
hanyalah jeritan kepiluan bermahkotakan ketabahan berpancarkan kerelaan
mereka pergi dengan senyuman
meninggalkan tanah Serambi Mekkah yang berkabun.
Tuhan….
Maafkan kami yang lengah
Semoga badai cepat berlalu,
dan kami menyambut dengan senyum simpuh
Indonesia menangis
Untuk mengenang tragedi 9 september 2004,
pengeboman gedung kedutaan besar Australia. Jakarta.
Pagi yang indah…..
Tak terbayangkan Menyulam fajar yang suram.
Ledakan itu mengguncang bumi indonesia
Menelan korban sebagai tumbal
Ratusan nyawa yang terbaring tak berdosa
Lenyap… senyap ditelan kisah tragis.
Kepingan tubuh menjerit,
berserakan bersama harapan mereka.
Sampai mata hati enggan tuk menatap tajam,
dengan haru berkalang air mata
Kisah sedih Indonesia terulang lagi
Air mata haru berlinangan,
banjiri bumi pertiwi
Melepas kepergian mereka yang dicinta dan mencintai,
yang tak akan pernah kembali
Indonesia menangis lagi
Indonesia berkalang tanah
Indonesia belum merdeka
Tuhan…
Kapan Indonesia ku berhenti menangis
Selamat Datang Di My Diary. Di sini kalian bisa tau semua pengalaman2 seruhku. Kalian juga bisa berbagi pengalaman di sini..................
Daftar Isi
♫ Aku dan Puisiku
Diposting oleh
Kisahku
0 komentar:
Posting Komentar