Sore yang cerah, tepatnya hari kamis tanggal 17 Maret 2011 pukul 17.00, di saat saya sedang menulis artikel di salah satu blog, tiba – tiba kami mendapatkan kabar bahwa MAS Bakar (Om Ali) telah berpulang ke Rahmatullah. (Innalillahi Wainnailaihi Rajiun) Sebuah kabar yang sulit dipercaya.
Tanpa berfikir panjang kami langsung ke rumah duka di Jln. Tamalanrea Makassar. Salah satu kompleks perumahan Dosen UNHAS. Setiba di sana, tampak tenda dan kursi sudah tertata sedemikian rupa. Suasana haru pun menghiasi tiap sudut rumah duka tersebut.
Sesosok tubuh yang terbaring terbungkus kain batik coklat menjadi pemandangan pertama yang kulihat. Derai air mata dan lantunan ayat – ayat suci Al Quran mewarnai atmosfir suasana duka di rumah itu. Dengan langkah yang pelan saya berjalan masuk mendekati jenasa beliau dan duduk di sampingnya. Sejenak mataku memandangi setiap orang di sekitar jenasa satu persatu hingga terpaku pada seorang yang mirip dengan beliau.
Siapa lagi kalo bukan salah satu putranya (Surya) yang sedang tertunduk sambil mengucurkan air mata menemani tidur panjang sang Ayah. Ketika saya sedang membaca Al Quran, dia melihat saya dengan mata yang berkaca - kaca, lalu saya ulurkan tanganku dan saling berjabat tangan sebagai pesan tersirat kepadanya untuk tetap tabah.
Keesokan harinya, Jumat 18 Maret 2011 suasana rumah duka agak sedikit berbeda. Bukan karena para pelayat yang berdatangan silih berganti, tetapi hari itu adalah hari terakhir kami melihat jasad Om Ali. Memang berat rasanya melepas kepergian beliau, tetapi semuanya harus dihadapi dengan sikap mental positif sebagai bentuk keikhlasan kita sebagai hamba-Nya
Kira – kira pukul 10.00 siang mayat beliau di mandikan dan saya salah satu orang yang ikut memandikan beliau. Sekilas saya melihat wajahnya seakan – akan beliau tertidur lelap tanpa kelihatan pucat sama sekali. Masih tetap seperti dulu dengan tatapan dan senyum khas-nya.
Setelah dimandikan dan dikafani, kembali mayat beliau dibaringkan di ruang tamu untuk di shalatkan dan melakukan prosesi pelepasan keluarga. Terlihat lagi isak tangis yang mewarnai kepergiannya di hari yang suci itu. Sebuah duka yang tak tertahankan bagi keluarga maupun anak istrinya. Saya yang sementara berdiri sambil mengambil foto ikut terharu melihat kenyataan yang secara tiba – tiba terjadi.
Tepat pada pukul 11.00 siang mayat beliau diangkat ke mobil jenazah untuk kemudian menuju ke Mesjid Hukum UNHAS. Setelah shalat jumat, mayat beliau dishalatkan lagi. Setelah itu dilakukan acara pelepasan di Fakultas Hukum UNHAS. Sebuah history perjuangannya pun di bacakan yang memberikan kita sepenggal contoh akan pentingnya pendidikan dan dedikasi pada sebuah pekerjaan yang harus diperjuangkan.
Pada titik inilah beliau akan menuju ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Meninggalkan semua yang di cintai dan apa yang diperjuangkannya. Ini adalah sebuah pembelajaran bahwa kita semua akan dipanggil oleh Sang Khalik suatu saat nanti, entah kapan dan dimana. Yang harus kita lakukan hanyalah mempersiapkan diri untuk bertamu dengan tamu yang bernama “Kematian”
Beliau dimakamkan di Taman Pemakaman UNHAS di Pate’ne Kabupaten Maros. Iring – iringan kendaraan dari sanak saudara, sahabat sampai pada mahasiswanya ikut mengantarkan kepergian jenazah beliau di tempat peristirahatannya yang terakhir.
Doa demi doa dipanjatkan di depan makam beliau diiringi air mata dan rintik hujan yang seakan ikut menagisi kepergian nya.
“Om Ali”.. Begitulah kami memanggilnya sebagai keponakannya. Sebuah nama yang masih terngiang di hati kami. Seorang figur yang santun, cerdas dan berdedikasi tinggi akhirnya menghembuskan nafas terakhir sesaat setelah memeluk istri tercinta. Sebuah salam perpisahan yang sungguh sangat indah. sebelumnya beliau sempat menjalani penanganan pihak UGD Wahidin, hingga akhirnya sekitar pukul 16.30 Wita beliau menghembuskan nafas terakhir
Selamat Jalan Prof. Dr. MAS Bakar, S.H. M.H. (Om Ali). Kasihmu akan tetap kami kenang. Karyamu akan tetap berkiprah sampai langit runtuh di hari yang terakhir
Makassar, 24 Maret 2011
0 komentar:
Posting Komentar