Kemarin dalam perjalanan pulang ke rumah, ada hal yang mengecewakan terkait dengan tradisi dalam mengantar jenasah. Mungkin ini juga yang anda pernah alami saat berkendara di jalan raya.
Saat lampu hijau menyala, saya memacu kendaraanku dan tiba – tiba ada dua sepeda motor yang menahan saya dan para pengendara lain. Sekilas mata memandang ternyata ada iring – iringan pengantar jenasah yang sedang melintas.
Tak ada bedanya dengan geng motor yang sedang ugal – ugalan di jalan. Ada yang tidak memakai helm, membunyikan motor dengan kerasnya, dan tentunya ada yang siap memukul jikalau ada pengendara lain yang menghalangi.
Hal yang membuat kecewa saat itu adalah saat lampu merah sedang menyala, tetapi mereka tetap saja menerobos, padahal yang mereka bawa adalah jenasah seseorang yang sudah meninggal, bukan orang yang sedang sekarat yang harus segera dibawa ke rumah sakit. Tapi mereka tetap terburu – buru, padahal saat itu situasi tidak terlalu padat kendaraan, kemudian cuaca juga agak cerah. Jadi apa yang mereka buru...?
Sebuah potret tradisi warga kota daeng yang tetap terpelihara. Memonopoli jalan raya, dan hampir tidak mengargai para pengendara lain dan rambu – rambu lalu lintas. Bukan sekali saja saya melihat kejadian itu, tetapi sudah berkali – kali dan bahkan ada kejadian pemukulan pengantar mayat terhadap pengendara yang tidak menepi saat mereka melintas.
Tidak masalah kalau memberhentikan kendaraan lain, asalkan itu tetap pada etika yang semestinya saat berada di jalan raya.
Coba kita renungkan, saat salah satu dari kita meninggal terus orang – orang yang mengantar kita ke pemakaman bertindak seperti itu. Belum lagi mereka telah menahan puluhan kendaraan yang membuat jalan macet total. Yang dimana mereka punya kesibukan masing – masing yang harus cepat diselesaikan
Berapa banyak orang yang kita rugikan sebelum kita berada di peristirahatan yang terakhir. Hal ini merupakan tanggung jawab kita juga sebelum meninggal dunia untuk mengantisipasi hal tersebut supaya tidak terjadi.
Semoga tulisan ini dapat membuat kita menyadari bahwa betapa pentingnya menghargai pengendara lain dan tetap mematuhi rambu – rambu lalu lintas walau kita sedang mengantar jenasah sekalipun. Karena sikap ini merupakan wujud dari kedewasaan kita sebagai orang yang terdidik.
Ingat….. masyarakatkan budaya siri’. Jangan sampe kita ‘mappakasiri’ – siri’ di jalan
Makassar, 25 Oktober 2010
0 komentar:
Posting Komentar